PADA tahun pelajaran 2022/2023 Kurikulum Merdeka sudah mulai diimplementasikan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK. Sebagai dukungan untuk suksesnya implementasi kurikulum merdeka maka berbagai Workshop atau In House Training (IHT) Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) telah dilaksanakan untuk pendampingan para Guru dalam menyusun perangkat mengajar, seperti dari Capaian Pembelajaran (CP) yang dianalisis menjadi Tujuan Pembelajaran (TP), dari Tujuan Pembelajaran (TP) disusun menjadi Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), berlanjut menyusun Modul Ajar (MA) atau Perencanaan Pembelajaran (PP). Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka terdiri dari tiga (3) kegiatan yaitu Intrakurikuler, Kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran dalam implementasi kurikulum
merdeka (IKM), para Guru memerlukan data ataupun keterangan kondisi awal
mengenai peserta didik yang sudah diterima di sekolah. Maka perlu
dilaksanakan Asesmen Diagnostik di awal tahun pelajaran yaitu
berupa Tes Psikologi dan Tes Matrikulasi yang soalnya bisa dalam bentuk Multiple
Choice, Complex Multiple Choice, True False, dan Selected
Response beralasan.
Asesmen Diagnostik
Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen kurikulum merdeka yang
dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui
karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta
didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan
kondisi peserta didik yang beragam (kepmendikbud No.719/P/2020).
Dengan terlaksananya asesmen diagnostik di sekolah telah memberikan
banyak hal positif sampai dengan semangat tersendiri bagi para guru, sehingga
para guru dapat menyesuaikan dan merancang metode, model dan media pembelajaran
yang sesuai kemampuan peserta didik untuk menyampaikan materi capaian
pembelajaran.
Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua peserta didik di kelas
secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang
agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian guru dapat
menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan peserta didik. Asesmen
diagnosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asesmen diagnosis kognitif dan
asesmen diagnosis non kognitif.
Asesmen Diagnosis Kognitif
Asesmen diagnosis kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar
peserta didik pada topik sebuah mata pelajaran. Asesmen diagnosis kognitif
dapat memuat satu atau lebih topik mata pelajaran. Misalnya : asesmen diagnosis
kognitif pada mata pelajaran Matematika kelas VII SMP dapat memuat topik
penjumlahan atau pengurangan saja, atau semua topik pada semua mata pelajaran
Matematika.
Asesmen Diagnosis Kognitif merupakan asesmen diagnosis yang bisa
dilaksanakan secara rutin, untuk awal ketika guru akan mulai memperkenalkan
sebuah topik pembelajaran baru, di akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan
dan membahas sebuah topik tertentu, dan waktu yang lainnya selama satu semester
(di setiap dua minggu/ bulan/ triwulan/ semester). Kemampuan dan keterampilan
siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam
topik tertentu, akan tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk
memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik, belum
tentu cepat paham dalam topik lainnya.
Tujuan asesmen diagnosis Kognitif
Tujuan asesmen diagnosis kognitif adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa,
2) Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa,
3) Memberikan kelas remedial atau
pelajaran tambahan kepada siswa dengan kompetensi di bawah rata-rata.
Tahapan asesmen diagnosis Kognitif
Asesmen diagnosis kognitif melalui beberapa tahapan, mulai persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut. Tahapan Persiapan meliputi:
- Buat jadwal pelajaran asesmen,
- Identifikasikan materi asesmen berdasarkan
penyederhanaan KD yang tersedia,
- Susun 10 (sepuluh) soal sederhana, 2 (dua)
soal sesuai kelasnya dengan semester 1, 6 (enam) soal dengan topik satu
kelas di bawah untuk semester 1 dan 2, 2 (dua) soal dengan topik dua kelas
di bawah, untuk semester 2
Pelaksanaan asesmen diagnosis Kognitif
Pelaksanaan asesmen diagnosis dengan memberikan soal asesmen untuk semua
siswa di kelas, baik secara tatap muka atau pun belajar dari rumah.
Sedangkan tindak Lanjut asesmen diagnosis meliputi:
- Lakukan diagnosis penilaian hasil
asesmen,
- Berdasarkan hasil diagnosis penilaian, bagi
siswa menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: siswa dengan rata-rata kelas
akan diajar oleh guru kelas, siswa 1 semester di bawah rata-rata, akan
dititipkan ke guru kelas di bawah atau membuat kelompok belajar yang
didampingi orangtua, Siswa 2 semester di bawa rata-rata akan dititipkan ke
guru kelas di bawah atau membuat kelompok belajar yang didampingi
orangtua, anggota keluarga, atau pendamping lainnya yang relevan,
- Lakukan penilaian pembelajaran topik yang
sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran yang baru,
- Ulangi proses yang sama disetiap awal
pembelajaran untuk melakukan adaptasi materi pembelajaran sesuai tingkat
kemampuan siswa.
Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Asesmen diagnosis non kognitif bertujuan untuk mengukur aspek psikologis
dan kondisi emosional dari peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Dengan
demikian, pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif lebih menekankan pada
kesejahteran psikologis dan emosi peserta didik. Asesmen non kognitif dilakukan
untuk menilai aktivitas peserta didik selama belajar di rumah dengan tetap
memperhatikan kondisi keluarganya. Terkait persiapan dan pelaksanaan asesmen
diagnosis non kognitif, keterampilan guru untuk bertanya dan membuat
pertanyaan dapat membantu guru mendapatkan informasi yang komprehensif dan
cukup mendalam.
Tujuan Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Asesmen diagnosis non kognitif di awal pembelajaran diberikan pada siswa
untuk mengetahui:
- Kesejahteraan psikologi dan emosional
siswa,
- Aktivitas siswa selama belajar di rumah,
- Kondisi keluarga siswa
Tahapan Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Asesmen diagnosis non kognitif melalui beberapa tahapan, mulai
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Tahapan persiapan meliputi:
- Menyiapkan alat bantu berupa gambar ekspresi
emosi,
- Membuat pertanyaan kunci, seperti : Apa saja
kegiatanmu selama belajar di rumah? Hal apa yang paling menyenangkan dan
tidak menyenangkan? Apa harapanmu?
Pelaksanaan Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif meliputi:
- Berikan gambar emosi kepada siswa,
- Meminta siswa mengekspresikan perasaannya
selama belajar dengan bercerita, membuat tulisan, atau menggambar.
Tindak Lanjut Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Tindak lanjut asesmen diagnosis non kognitif meliputi:
- Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi
negatif dan ajak berdiskusi empat mata,
- Menentukan tindak lanjut dan mengkomunikasikan
dengan siswa serta orangtua jika diperlukan.
Walaupun terdapat dua jenis asesmen diagnosis, yaitu kognitif dan
nonkognitif namun tahapan-tahapan tadi tetap berlaku pada keduanya. Tidak ada
bentuk yang baku untuk masing-masing tahapan, semuanya sangat bergantung kepada
aspek asesmen, jenjang sekolah, kelas siswa berada, mata pelajarannya, sarana
dan prasarana, dan lain sebagainya.
Tahap persiapan sangat ditentukan oleh kreativitas seorang guru untuk
menyusun instrumen asesmen diagnosis baik kognitif maupun nonkognitif. Tahap
pelaksanaan membutuhkan kemampuan bertanya yang baik, terutama pada asesmen
diagnosis nonkognitif yang memungkinkan guru melakukan metode wawancara, atau
dengan memberi kesempatan siswa bercerita mengenai hal apa saja yang menjadi
kendala yang dialaminya. Tahap tindak lanjut perlu kesungguhan seorang guru
untuk betul-betul memikirkan langkah terbaik untuk membantu siswa yang beragam
kesulitannya. Dalam hal ini guru bisa berdiskusi dengan kepala sekolah atau
teman sejawat. Bila asesmen diagnosis betul-betul dapat diimplementasikan
dengan baik dan maksimal maka implementasi kurikulum merdeka juga dapat
diterpakan disekolah-sekolah secara maksimal dan berkualitas. Semoga.
*)Penulis adalah guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar